Kitab Tafsir Terkenal
1. Tafsir Al Jalalain
Tafsir Al Jalalain adalah tafsir ringkas
yang ditulis oleh dua orang Al hafidz/Al hafidzaan, yaitu Al Hafidz Al
Mahali dan Al Hafidz As Suyuthi. Mereka berdua digelari dengan
Jalaluddin, oleh karena itu dinamakan Al Jalalain, yaitu tafsir dari
Jalaluddin Al Mahali dan Jalaluddin As Suyuthi. Kemudian karena
Jalaluddin Al Mahali meninggal dunia sebelum menyelesaikan tafsirnya
tersebut maka diselesaikan oleh As Suyuthi.
2. Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Ibnu Katsir merupakan salah satu
kitab tafsir yang paling banyak diterima dan tersebar di tengah ummat
ini. Imam Ibnu Katsir telah menghabiskan waktu yang sangat lama untuk
menyusunnya, tidak mengherankan jika penafsiran beliau sangat kaya
dengan riwayat, baik hadits maupun atsar, bahkan hampir seluruh hadits
periwayatan dari Imam Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- dalam kitab Al
Musnad tercantum dalam kitab tafsir ini.
Metode penyusunan yang dilakukan oleh Imam Ibnu Katsir adalah dengan
cara menyebutkan ayat terlebih dahulu, kemudian menjelaskan makna secara
umum, selanjutnya menafsirkannya dengan ayat, hadits, perkataan Sahabat
dan tabi’in. Terkadang beliau menjelaskan seputar hukum yang berkiatan
dengan ayat, dengan dukungan dalil lain dari Al Quran dan hadits serta
dilengkapi dengan pendapat para Ahli Fiqh disertai dalilnya apabila
masalah tersebut dikhilafkan diantara mereka, selanjutnya beliau
merajihkan (memilih dan menguatkan) salah satu pendapat tersebut.
3. Tafsir Al-Maraghi: Tafsir Termasyhur dari Abad Dua Puluh
Kitab Tafsir ini sangat menarik sekaligus kontroversial, karena
ditulis oleh ulama modern yang pemikirannya dianggap dekat dengan kaum
mu’tazilah.
Ulasan tafsir-tafsir kontemporer ini ini
akan dimulai dengan yang paling populer, yakni Tafsir Al-Maraghi karya
ulama besar Universitas Al-Azhar Mesir, Syaikh Ahmad Musthafa
Al-Maraghi. Tafsir yang terbagi dalam 10 Jilid itu diterbitkan untuk
pertama kalinya oleh Maktabah al-Babi al-Halabi (Kairo) pada tahun 1369
H/1950 M atau dua tahun sebelum penyusunnya wafat.
Meski di kalangan penganut tafsir salaf
dianggap kontroversial dan banyak ditinggalkan, Tafsir Al-Maraghi sangat
digemari oleh para pelajar yang mengkaji tafsir di bangku perguruan
tinggi. Gaya penafsirannya dianggap modern, yakni berusaha menggabungkan
berbagai madzhab penafsiran, terutama metode tafsir bil ma’tsur
(berdasarkan hadits) dan tafsir bir ra’yi (berdasarkan logika), yang
belakangan mengundang kontroversi.
4. Tafsir al-Kasyaf
Penafsiran yang ditempuh al-Zamakhsyari
dalam karyanya ini sangat menarik, karena uraiannya singkat dan jelas
sehingga para ulama’ Mu’tazilah mengusulkan agar tafsir tersebut
dipresentasikan pada para ulama Mu’tazilah dan mengusulkan agar
penafsirannya dilakukan dengan corak i’tizali, dan hasilnya adalah
tafsir al-Kasysyaf yang ada saat ini.[9]
Pada tahun 1986, tafsir al-Kassyaf
dicetak ulang pada percetakan Musthafa al-Babi al-Halabi, di Mesir, yang
terdiri dari empat jilid. Kitab tafsir ini, berisi penafsiran runtut
berdasarkan tertip mushafi, yang terdiri 30 puluh juz berisi 144 surat,
mulai surat al-fatihah sampai surat al-Nas. Dan setiap surat diawali
dengan basmalah kecuali surat al-Taubah. Tefsir ini terdiri dari empat
Jilid, jilid pertama diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat al-Maidah. Jilid kedua diwali engan surat al-An’am dan diakhiri
dengan surat al-Anbiya’. Jilid ketiga diawali dengan surat al-Hajj dan
diakhiri dengan surat al-Hujurat dan jilid yang keempat diawali dengan
surat Qaf dan diakhiri dengan surat al-Nass.
5. Tafsir al-Mizan
Tafsir al-Mizan disusun oleh Allamah
Sayyid Muh Husain Thabathabai, seorang ulama Iran. Setiap kitab tafsir
disusun dengan motivasi tertentu. Ada kitab tafsir yang ditulis untuk
memenuhi tuntutan masyarakat seperti Ma’anil Qur’an karya al-Farra. Ada
juga kitab tafsir yang ditulis dengan tujuan merangkum kitab tafsir
sebelumnya yang dinilai terlalu panjang dan luas, seperti al-Dur
al-Mansur karya al-Suyuthi dan banyak lagi kitab-kitab tafsir lainnya.
Adapun motivasi yang mendorong
Thabathaba’i untuk menulis kitab tafsirnya, al-Mizan adalah karena ia
ingin mengajarkan dan menafsirkan al-Qur’an yang mampu mengantisipasi
gejolak rasionalitas pada masanya. Di sisi lain, karena gagasan-gagasan
matrealistik telah sangat mendominasi, ada kebutuhan besar akan wacana
rasional dan filosofis yang akan memungkinkan hawzah tersebut
mengkolaborasikan prinsip-prinsip intelektual dan doktrinal dalam islam
dengan menggunakan argumen-argumen rasional dalam rangka mempertahankan
posisi islam.
Nama al-Mizan, menurut al-Alusi,
diberikan oleh Thabathaba’i sendiri, karena di dalam kitab tafsirnya itu
dikemukakan berbagai pandangan para mufassir, dan ia memberikan sikaap
kritis serta menimbang-nimbang pandangan mereka baik untuk diterimanya
maupun ditolaknya. Meskipun tidak secara eksplisit memberikan nama ini,
namun pernyataan Thabathaba’i secara implisit memang mengarahkan pada
penamaan al-Mizan tersebut.
0 Response to "Kitab Tafsir Terkenal"
Posting Komentar